Kisah Tiga Sekawan Mengusung Citarasa Singapura ke Indonesia


Beberapa gerai makanan mengusung konsep yang unik dan berbeda untuk menarik konsumennya. Meski tidak sedikit yang gagal, beberapa gerai makanan sukses menjual konsep unik mereka dan mengembangkannya. Salah satunya adalah Eatlah.

Eatlah didirikan oleh Charina Prinandita, Riesky Vernandes dan Michael Chrisyanto. Charina dan Riesky pernah berkuliah di Singapura. Cukup lama tinggal di Singapura membuat keduanya akrab dengan beragam menu dan citarasa makanan di negara tersebut. Salah satunya adalah salted egg chicken atau ayam bumbu telor asin.

“Saya dan Rizky kuliah di Singapura, sedang Michael di Universitas Pelita Harapan Jakarta. Di Singapura, kami merasakan dan melihat tren makanan salted egg chicken yang fenomenal di sana, cita rasanya itu justru mengingatkan kami pada rasa masakan Indonesia. Dan ketika kami pulang, kami yakin makanan siap saji ini cocok untuk pasar Indonesia,” ujar Charina seperti dikutip SWA.

Awal Pendirian Eatlah

Selain karena citarasanya yang mudah diterima oleh lidah Indonesia, konsep salted egg chicken dipilih karena menu ini adalah menu yang kasual dan menyenangkan. Harganya juga terjangkau.

Charina, Riesky dan Michael lalu memutuskan untuk patungan dan mendirikan gerai makanan. Modal yang dikumpulkan sejumlah 45 juta. Ketiganya memilih Pantai Indah Kapuk, Jakarta, sebagai lokasi gerai pertamanya. Sedangkan gerai makanannya diberi nama Eatlah. Gerai tersebut berdiri pada 2016.

Menu utama yang disajikan Eatlah adalah nasi dengan lauk ayam goreng dan telor mata sapi. Sebagai ciri khasnya, menu ini juga dilumuri oleh bumbu telor asin. Khusus bahan baku telor asinnya, Eatlah mendatangkannya dari Brebes, Jawa Tengah.

Beberapa menu varian lain juga ditawarkan kepada konsumen, namun tetap menggunakan konsep yang sama. Di antaranya adalah Sambal Chicken Rice dan Salted Egg Dori Rice. Menu-menu tersebut dijual seharga 35 hingga 55 ribu.

“Kami memilih semua bahan yang lokal dan sangat khas Indonesia, baik dari ayam hingga saus bumbu yang digunakan,” ungkap Charina.

Konsep yang berbeda dan citarasa yang akrab dengan lidah Indonesia membuat Eatlah cepat dikenal dan digemari banyak orang. Tidak lama setelah gerai pertamanya berdiri, Eatlah mendirikan beberapa gerai di lokasi lain. Sekarang sudah ada 14 gerai yang tersebar di Jakarta dan sekitarnya. Di antaranya adalah di Cipete, Bintaro, Sunter, Kelapa Gading, dan Depok.

Beberapa gerai Eatlah juga akan di buka di kota-kota lain seperti Bogor, Semarang, Surabaya dan Bali. Eatlah juga berencana membuka gerai di negara asalnya, yakni Singapura. Namun demikian, menjaga kualitas menjadi salah satu tantangan yang dihadapi oleh para pendiri gerai makanan ini.

“Kuncinya jaga kualitas, walau sudah banyak gerai Eatlah, kualitas rasa yang enak harus terjaga,” ujar Charina.

Selain dimakan di tempat, menu-menu Eatlah juga sering dibawa pulang oleh konsumen. Selain itu, penjualan terbanyak juga datang dari pesanan transportasi online. Salah satunya adalah Go-Food. Katadata mencatat, penjualan di setiap gerai Eatlah bisa mencapai 300-400 menu per harinya. 80% di antaranya berasal dari pesanan Go-Food.

“Sehari bisa tiga sampai lima box,” ucap Rizal, salah satu pengemudi Go-Jek.
Advertisement

Klik Untuk Komentar